Friday, November 16, 2012

Persamaan dan Perbedaan Pemikiran Yvonne Jewkes dan Vincent F. Sacco


Pemikiran Yvonne Jewkes
Sering kali dari pemberitaan di koran terkesan sangat menakut-nakuti masyarakat.  Selain itu, sinetron teratur menggunakan cerita berpusat di sekitar serius dan kekerasan kejahatan dalam rangka untuk meningkatkan rating penonton. Hal ini mengakibatkan jadwal televisi penuh dengan program-program tentang polisi, penjahat, tahanan dan pengadilan. Mengapa kita (para penonton) terpesona oleh kejahatan dan penyimpangan? Apa sebenarnya hubungan antara media massa dan kejahatan?
Para teoritis perspektif yang akan dibahas dalam bab ini meliputi Media ‘effects’, Mass society theory, Behaviourism and positivism, The legacy of ‘effects’ research, Strain theory and anomie, Marxism, critical criminology and the‘dominant ideology’ approach, The legacy of the Marxist dominant ideology approach, Pluralism, competition and ideological struggle, Realism and reception analysis, dan Postmodernism and cultural criminology.
Media ‘Effect’
Pendekatan ini menjelaskan mengenai seberapa besarkah media mempengaruhi manusia untuk bertingkah laku menympang atau bertingkah laku jahat. Pendekatan ini dilatarbelakangi oleh ilmu psikologis dengan basis pendekatan behavioral. Pendekatan ini menjelaskan bahwa manusia memiliki sifat yang tidak stabil sehingga mudah dipengaruhi oleh faktor eksternal. Pada kajian ini, akan mengeksplorasi dampak dari teori media massa dan behaviorisme psikologis, setelah itu menguraikan bagaimana mereka memunculkan gagasan yang telah menjadi suatu kebenaran: bahwa media gambar bertanggung jawab untuk mendegradasi moral yang yang ada.
Bagian ini telah menelusuri asal-usul dan perkembangan teori yang telah membentuk jalan kriminologi dan studi media, dan berusaha untuk memberikan gambaran yang luas mengenai hubungan dan konflik antara kejahatan dan media massa. Dengan demikian,telah ditetapkan bahwa hubungan kriminologi dan media tidak hanya dilihat dalam satu hubungan saja. Diperlukan berbagai perspektif agar pengembangan konsep dapat dilakukan. Konsep-konsep dasar yang menjelaskan menganai media massa dan kejahatan antara lain:
Media Effect: teori awal menghubungkan media dan kejahatan yang ditandai oleh pandangan negatif dari kedua peran dari media dan dipengaruhi juga oleh kerentanan dari penonton. Di zaman ketidakpastian dan ketidakstabilan ini, ketika diyakini bahwa tindakan manusia ini sangat ditentukan oleh kekuatan eksternal dan salah satunya adalah media massa. Meskipun peneliti akademis di Inggris telah sangat ditentang upaya untuk menegaskan adanya hubungan sebab akibat antara media dan kejahatan, namun perdebatan ini masih sering dilakukan untuk menunjukkan bahwa media massa berpengaruh besar terhadap kejahatan. Media mampu memicu konsekuensi negatif atau anti-sosial pada wacana populer, termasuk yang telah dimasukkan ke dalam kebijakan.
Strain theory dan anomie: pengembangan Merton tentang anomie membantu kita untuk memahami bahwa strain disebabkan oleh keterputusan antara tujuan budaya dan status, dan sarana untuk mencapai tujuan tersebut. Keterputusan ini disebabkan berbagai upaya untuk mencapai tujuan budaya, akan tetapi cara yang digunakannya telah melanggar aturan masyarakat. Selain itu juga dijelaskan mengenai keterputusan ini disebabkan oleh terpenuhinya cara-cara yang sah akan tetapi tujuan budayanya telah menentang kesepakatan sosial.
Karya Merton mengikuti teori Durkheim mengenai karakteristik masyarakat dan bagaimana individu berjuang untuk mencapai solidaritas sosial. Keadaan tanpa norma ini merupakan kecenderungan dari masyarakat yang ingin mencapai tujuan budaya dengan cara yang salah, atau tidak mencapai tujuan budaya akan tetapi dengan cara-cara yang dibenarkan. Keadaan ini dinamakan anomie karena segala aturan dalam masyarakat telah pudar.
• Dominan Ideologi: Dengan penemuan kembali tulisan-tulisan Marx tentang struktur sosial, maka para ilmuan pada 1960-an dan 1970-an memfokuskan perhatian mereka pada sejauh mana konsep 'diproduksi' secarapandangan ideologis. Menurut pendekatan ideologi, kekuasaan untuk mengkriminalisasi dan dekriminalisasi kelompok tertentu dan perilaku terletak dengan elite penguasa yang - dalam proses yang dikenal sebagai 'hegemoni'.
Kelompok kuat mencapai konsensus publik mengenai definisi dari kejahatan dan penyimpangan, sertamendapatkan dukungan massa untuk langkah-langkah kontrol dan penahanan, bukan dengan kekerasan atau paksaan, tetapi dengan menggunakan media untuk halus membangun makna ideologis yang kemudian diartikulasikan menjadi wacana (Stevenson, 1995).
Pluralisme: Perspektif ini muncul sebagai tantangan untuk model hegemoni media dalam hal kekuasaan. Pluralisme menekankan keragaman dan pluralitas saluran media yang tersedia, sehingga melawan gagasan bahwa ideologi apapun dapat menjadi dominan untuk waktu yang lama jika tidak tidak mencerminkan apa yang orang pengalaman untuk menjadi kenyataan.
• Postmodernisme dan kriminologi budaya: Postmodernisme adalah hal tunduk untuk memahami dan menyatakan bahwa ada 'karakteristik mendefinisikan' dari postmodernisme, mereka termasuk: akhir dari setiap keyakinan dalam rasionalitas ilmiah menyeluruh: ditinggalkannya teori empiris kebenaran, dan penekanan pada fragmentasi pengalaman dan diversifikasi sudut pandang. Para postmodernis menolak klaim kebenaran yang diusulkan oleh 'teori besar'.
Dalam kriminologi, postmodernisme menyiratkan ditinggalkannya konsep kejahatan dan pembangunan dan cara berpikir untuk menentukan proses kriminalisasi dan kecaman. Kriminologi budaya mencakup ide-ide postmodern dan mendasari mereka dengan beberapa kekhawatiran belum didirikan lebih 'radikal'.

Pemikiran Vincent F. Sacco
Berita dalam media adalah bagian penting dari proses perubahan dari masalah individual menjadi maslaah publik. Hal ini mengakibatkan kejahatan-sebagai korban atau pelaku-yang berubah menjadi isu-isu publik. Konstruksi sosial kejahatan dapat dipahami sebaga jenis hubungan yang menghubungkan kantor berita ke sumber mereka, dan organisasi.
Kejahatan yang disajikan dalam media massa antara lain seperti resesi ekonomi, kurangnya perumahan yang terjangkau, atau perawatan kesehatan yang tidak memadai, dan masalah publik. Untuk masalah kejahatan personal, kerugian atau cedera bersifat sangat pribadi. Sejumlah studi isi media telah mendokumentasikan fakta bahwa laporan kejahatan adalah komoditas berita tahan lama. Analisis isi media menunjukkan bahwa berita itu menyediakan peta dari dunia peristiwa kriminal yang berbeda dalam banyak hal dari satu disediakan oleh statistik kejahatan resmi.
Produksi berita cenderung akan mencari berita dengan jumlah penonton yang tinggi, sehingga akan meningkatkan rating penonton. Tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dari berita tersebut. Pemberitaan kejahatan yang terjadi secara personal dan mengangkatnya untuk masyarakat menrupakn trik media untukmenebarkan berita dan ketakutan. Secara langsung maupun tidak langsung, akibat pemberitaan yang bersifat generalisasi ini, media telah mengkonstruksi pemikiran masyarakat akan kejahatan.
Dampak laten dari pemberitaan ini adalah menciptakan kepanikan dan ketakutan bagi amsyarakat. Sedangkan dampak manifest dari pemberitaan ini adalah emnciptakan konstruksi masyarakat dan perspektif masyarakat terhadap kejahatan. Kejahatan telah didefinisikan oleh media dan selanjutnya ditanamkan pada paradigma masyarakat.

No comments: