Aspek-aspek yang akan dipelajari dalam ontologi
adalah metafisika, asumsi, peluang, beberapa asumsi dalam ilmu, dan batas-batas
penjelajahan ilmu.
Tafsiran yang paling pertama yang diberikan oleh
manusia terhadap malam ini adalah bahwa terdapat wujud-wujud yang bersifat gaib
dan wujud-wujud yang lebih kuasa dibandingkan oleh alam yang nyata. Animisme
merupakan kepercayaan yang berdasarkan pemikiran supernaturalisme ini, di mana
manusia bahwa terdapat roh-roh yang bersifat gaib yang terdapat dalam
benda-benda. Animisme merupakan kepercayaan yang paling tua yang dalam sejarah
perkembangan manusia, pernah dipeluk oleh masyarakat.
Asumsi merupakan aliran filsafat yang lawan dari
faham fatalisme yang berpendapat bahwa segala kejadian ditentukan oleh nasib
yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Demikian juga faham determinisme ini
bertentangan dengan penganut pilihan bebas yang menyatakan bahwa manusia
mempunyai kebebasan dalam menentukan pilihannya tidak terikat kepada hukum alam
yang tidak memberikan alternatif.
Sekiranya kita memilih hukum
kejadian yang bersifat khas bagi tiap individu manusia maka kita berpaling
kepada paham pilihan bebas. Sedangkan posisi tengah yang terletak di antara
keduanya mengantarkan kita kepada paham yang bersifat probabilistik.
Ilmu Probabilistik atau ilmu
tentang peluang termasuk cabang ilmu yang baru. Walau termasuk ilmu yang
relatif baru, ilmu ini bersama dengan statistika berkembang cukup pesat.
Peluang dinyatakan dari angka 0
sampai 1. Angka 0 menyatakan bahwa suatu kejadian itu tidak mungkin terjadi.
Dan angka 1 menyatakan bahwa sesuatu itu pasti terjadi. Misalnya bahwa peluang
semua makhluk hidup itu akan mati dinyatakan dengan angka 1.
Cabang utama metafisika adalah ontologi, syudi
mengenai ketegorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya.
Ahli metafisika juga memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia,
termasuk keberadaan, kebendaan, sifat, ruang, waktu, hubungan sebab akibat dan
kemungkinan.
Ontologi adalah ilmu yang mengkaji apa hakikat ilmu
atau pengetahuan ilmiah yang sering kali secara populer banyak orang
menyebutnya dengan ilmu pengetahuan, apa hakikat kebenaran rasional atau
kebenaran deduktif dan kenyataan empiris yang tidak terlepas dari persepsi ilmu
tentang apa dan bagaimana. Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian
keilmuan yang dapat dipikirkan manusia secara rasional dan bisa diamati melalui
panca indera manusia. Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas
prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pasca-pengalaman (seperti surga
dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar ilmu.
Sumber:
Suriasumantri,
Jujun. 2009. Filsafat Ilmu. Jakarta :
Pustaka Sinar Harapan.
Rachmat,
Aceng. 2011. Filsafat Ilmu Lanjutan.
Jakarta : Kencana
No comments:
Post a Comment