Monday, November 15, 2010

Hidup Berdampingan Bahaya

Kejadian bencana seperti Tsunami, gunung meletus, gempa bumi dan hujan meteor adalah suatu fenomena alam yang tidak diakibatkan oleh manusia. Kejadian gempa bumi adalah proses penetabilan kerak bumi akibat perubahan mantel bumi yang lebih cair. Gempa bumi terjadi ketika batuan mengalami peretakan di bawah tanah saat dua lempeng tektonik bergesekan satu sama lain pada sesar geser. Sentakannya menimbulkan getaran atau gelombang kejut di bawah tanah yang menjalar melalui Bumi, naik ke atas dan menyebar sepanjang permukaan. Semakin panjang pecahannya, gempa yang terjadi semakin besar.
Tempat yang paling aktif kegiatan gunung apinya di Bumi adalah di pematang tengah samudera. Litosfernya pada umumnya tipis dan mantelnya dekat dengan permukaan. Jadi, hal ini membuat daerah ini rapuh akan gerakan mantel yang labil.
Bagaimanapun kehidupan sudah dimulai di atas Bumi, kehidupan telah bertahan, dan telah terjadi di permukaan Bumi yang senantiasa berubah. Manusia bersedia hidup berdekatan dengan sumber bahaya, seperti gunung dan sesar yang menyebabkan gempa Bumi, karena keuntungan lainnya seperti kesuburan tanah, yang ditawarkan daerah-daerah tersebut. Hal ini yang mendorong manusia tetap tinggal meskipun berada pada posisi yang sangat berbahaya.
Indonesia dengan gunung berapinya sering mengalami gempa Bumi yang merupakan salah satu tanda bahaya akan datangnya letusan. Letusan ini berpola sesuai dengan cincin api yang terbentuk pada sesar di hampir seluruh wilayah Indonesia. Salah satu letusan terbesar yang pernah tercatat, terjadi di Tambora pada tahun 1815. Debu dan gas yang dilepaskan menyebar melalui atmosfer, mengurangi jumlah cahaya matahari yang mencapai bumi. Letusan ini menyebabkan cuaca buruk di Bumi yang terjadi selama dua tahun, membuat tahun 1816 dikenal sebagai “tahun tanpa musim panas”.
Hal untuk memprediksikan kapan sebuah gunung berapi siap untuk meletus adalah adanya proses fisis yang mengawali sebuah letusan, seperti “lindu” gempa dan semburan gas. Perlu penanaman pengetahuan kepada masyarakat yang bermukim pada daerah bencana, seperti daerah pesisir pantai dan lereng gunung. Pengetahuan tentang antisipasi bencana sangat penting untuk meminimalisir jumlah korban. Pengetahuan bencana akan membuat masyarakat akan selalu waspada bila terjadi suatu gejala bencana. Hal ini akan lebih efektif dibandingkan pemerintah melakukan evakuasi secara masal.
Sepanjang sejarah, gempa bumi dan gunung berapi telah tampak sebagai gejala alam yang mengerikan, datang tiba-tiba dan melanda secara acak. Sains tentang Bumi yang modern dapat memberikan pengertian, perkiraan, dan strategi praktis untuk meringankan pengaruhnya. Sains bumi menegaskan bahwa bumi selalu bergerak mengikuti pola. Teori lempeng tektonik mengubah peta bola bumi dengan cara yang lebih baik dibandingkan 1000 tahun yang lalu.
Dalam kehidupan di Bumi yang tak pernah diam ini, kita dibekali ilmu untuk selalu waspada terhadap apapun. Termasuk bagaimana memahami Bumi itu sendiri. Bumi memiliki cara sendiri untuk mengatur penghuninya.



Dani Satria
Kriminologi

No comments: