Tuesday, November 8, 2011

Masyarakat Papua Menjadi Korban Kapitalisme Dalam Eksploitasi Sumber Daya Alam

Sumber daya alam yang melimpah di tanah Papua selalu menjadi incaran negara-negara lain agar dapat memanfaatkan kekayaan alamnya. Tanah Papua yang kekayaan alamnya baru dimanfaatkan sebesar 3% tersebut masih tergolong pulau yang belum dieksploitasi. Sebagai salah satu paru-paru dunia, Papua memang musti dilestarikan alamnya, terutama hutan hujan tropis yang dapat mengurangi kadar karbondioksida di udara.
Sejak awal kemerdekaan negara Indonesia, Papua selalu menjadi rebutan antara indonesia dengan negara lain. Kekayaan alam merupakan incaran bagi suatu negara agar dapat mengeksploitasi demi kemajuan bangsanya. Namun, tidak semua kekayaan dapat diperlakukan seperti itu, Papua harus diperlakukan berbeda terhadap pulau-pulau lainnya, karena keasriannya merupakan warisan untuk digunakan dan dimanfaatkan oleh anak cucu. Layaknya harta karun, papua merupakan harta kekayaan alam terakhir yang harus dilindungi oleh Indonesia.
Pemanfaatan kekayaan Papua seharusnya dilakukan tanpa cara eksploitasi yang terlalu merusak alam. Mega proyek tambang yang dapat merusak alam juga harus dipikirkan berkali kali penerapannya. Meskipun kekayaan tambang di Papua sangat melimpah, bukan berarti kita semena-mena menggunakannya sekarang demi kemajuan yang belum sepenuhnya dapat mengembangkan kemajuan Indonesia dan potensi lain yang dimiliki Papua.
Papua bukanlah daerah yang hanya dimanfaatkan kekayaan alamnya tanpa dikembangkan masyarakatnya. Sangat kejam bila negara hanya mengeruk alamnya saja yang dapat berkontribusi besar terhadap negara, sedangkan kondisi masyarakat Papua sendiri tidak terjamin secara ekonomi dan pendidikannya.
Seperti yang telah kita ketahui, terdapat mega proyek tambang yang terdapat di Papua yaitu PT. Freeport. Hasil dari proyek tambang tersebut sebagian besar diborong oleh PT. Freeport dan sebagian kecil diberikan oleh pemerintah. Bila kita melihat kondisi seperti ini, sangat mengenaskan apabila Papua dieksploitasi secara besar-besaran kekayaan alamnya yang nantinya dinikmati sebagian besar oleh negara lain. Papua yang belum maju kondisi ekonomi dan pendidikannya telah mendapatkan eksploitasi proyek tambang kapitalis yang tidak ada tanggungjawab untuk mengembangkan daerah sekitarnya.
Masyarakat Papua menjadi korban dari kapitalisme yang terus-menerus menggerus kekayaan tanah kelahirannya untuk kepentingan yang tidak dapat dinikmati secara nyata oleh masyarakat Papua tersebut. Dampak dari eksploitasi sumber daya alam tersebut antara lain kepada kesehatan, gangguan alam akibat galian tambang, konflik dengan pihak PT. freeport dan ketidakpercayaan masyarakat papua terhadap pemerintah Republik Indonesia. Konflik ini dapat bermuara kepada keinginan Papua untuk melepaskan diri dari Indonesi karena alasan tidak adanya pengembangan secara signifikan dalam bidang pendidikan dan ekonomi.
Proses pemerataan harus sepenuhnya dilakukan di Papua agar konflik dapat ditekan. Kesenjangan ekonomi juga menjadi pemicu terjadinya berbagai jenis kesenjangan dan keterpurukan. Sampai kapankah kita dapat mempertahankan tanah kaya ini dan mengembangkan secara pendidikan dan ekonomi, akan menjadi pertanyaan yang sulit dijawab dengan opini-opini biasa.

Dani Satria
Mahasiswa Departemen Kriminologi, FISIP UI.

No comments: