Monday, March 11, 2013

Pro Kontra Rokok : Isu Yang Dimaninkan Perusahaan Rokok Multinasional Pendongkrak Keuntungan


(Penelitian dari Buku “Tembakau, Negara dan Keserakahan Modal Asing”)
Tembakau merupakan komoditas yang memiliki signifikansi di bidang pertanian, keuangan, dan juga perdagangan. Tembakau menyumbang hidup petani di beragai negara, baik negara berkembang maupun negara maju. Tembakau juga memiliki kontribusi besar pada keuangan negara melalui cukai yang muncul dari luasnya distribusi dan konsumsi komoditas rokok. Hal ini yang membuat tembakau dinobatkan salah satu tanaman hasil dari sektor agrobisnis yang dikonsumsi besar oleh masyarakat, dan dapat dikatakan sebagai tanaman pokok.
Agrobisnis tembakau mampu menarik sektor hulu dan mendorong sektor hilir untuk berkembang, sedangkan i ndustri rokok hanya mampu mendorong sektor hilir. Kedua sektor (terutama industri rokok) memberikan sumbangan sekitar 7% terhadap penerimaan negara dari dalam negeri. Sektor hulu dari tembakau memegang peranan produksi masal tembakau mentah yang sebagian besar petani kecil di Indonesia menjualnya kepada tengkulak. Sedangkan dalam sektor hilir meliputi cara pengolahan tembakau agar memiliki nilai ekonomis tinggi yang dibuat dalam bentuk rokok.  
Konsumsi tembakau yang tinggi di dunia, membuat persaingan bisnis tembakau ini dipenuhi berbagai persaingan multinasional. Perusahaan rokok raksasa cenderung akan melebarkan sayap ekspansinya ke perusahaan rokok lokal, dan memainkan berbagai regulasinya demi mengalahkan saingannya di tingkat lokal. Ekonomi-politik tembakau yang berujung pada pengaturan tembakau merupakan hasil dari dinamika kapitalisme global.
Hal ini akan memunculkan diskriminasi terhadap rokok produk lokal yang menjadi saingan dari rokok produk perusahaaan multinasional. Berbagai upaya akan dilakukan oleh perusahaan rokok multinasional demi menancapkan taring kapitalismenya dengan berbagai regulasi pembatasan pada rokok lokal. Seperti yang terjadi pada rokok kretek yang telah dianggap sebagai rokok yang menganggu kesehatan dan berbagai wacana pelarangan lainnya. Rokok beraroma seperti kretek buatan Indonesia juga dimatikan persaingan harganya di dunia internasional agar perusahaan rokok domestik ini lama dalam ekspansi perdagangannya.
Rokok kretek merupakan salah satu produk asli Indonesia yang telah diakui dunia. Bahan baku rokok kretek adalah tembakau dan cengkeh yang sebagian besar menggunakan sumber alam nasional. Industri rokok kretek adalah industri yang padat modal, padat karya yang melibatkan dari 10 juta orang, dan mempunyai andil yang cukup besar terhadap penerimaan cukai negara. Namun banyak masalah dan tantangan yang dihadapi industri rokok kretek saat ini, terutama berkenaan dengan peraturan cukai dan hambatan non-tarif yang diberlakukan negara lain terhadap rokok kretek.
Hambatan dalam proses ekspor dan hambatan dan persaingan harga dalam negeri membuat kretek menjadi terdiskriminasi. Sebagai salah satu negara penghasil tembakau terbesar di dunia, indonesia pernah mempertahankan industri rokoknya sebelum kriris moneter terjadi. Setelah terjadi krisis, banyak perusahaan rokok lokal yang dikuasai asing dengan iming-iming perusahaannya akan tahan terhadap guncangan krisis. Memang benar, rokok salah satu komoditas yang tahan dari krisis karena kekuasaan lobi politik dan regulasi perusahaan multinasional memang kuat.
Di Indonesia, aksi penguasaan bisnis multinasional rokok mulai merajai. Sejak Philip Morris membeli 97% saham sampoerna pada tahun 2005, asing mulai menguasai sepertiga pasar rokok di Indonesia. Sampoerna menjual perusahaannya ke Phillip Morris. Demikian pula Bentoel yang dibeli British American Tobacco. Ekspansi Phillip Morris dengan CNCT untuk memasarkan bersama Marlboro khusus untuk pasar China. Tidak hanya itu, British American Tobacco Asia yang berkedudukan di Singapura juga mendirikan pabrik rokok di Korea Utara. Di tengah situasi krisis yang saat ini dilalui Korea Utara dan banyaknya perhatian publik internasional mengenai tertutupnya informasi dari Korea Utara. Justru British American Tobacco Singapura leluasa melenggang tanpa terkena situasi krisis dan sorotan media internasional.
Hal ini merupakan bukti bahwa dalam situasi apapun, perusahaan rokok akan tetap bertahan walau krisis dan penutupan segala informasi. Meskipun terdapat pabrik rokok di negara krisis, tidak akan mempengaruhi pabrik lain. Seolah-olah pabrik rokok ini memiliki secara utuh proteksioneisme dari negara. Meskipun saya belum memiliki cukup bukti yang menyatakan bahwa perusahaan rokok memiliki kuasa terhadap media massa dan hegemoni kepada masyarakat tempat didirikannya pabrik. Akan muncul spekulasi bahwa isu dan wacana mengenai pro kontra rokok sudah dibuat oleh perusaahaan rokok multinasional. Bahkan wacana tentang sehat tidaknya rokok merupakan suatu hal yang sudah politis yang telah dirancang oleh perusahaan rokok multinasional.
Di saat pelarangan rokok menjadi sorotan publik, komoditas tembakau justru mendapatkan keuntungan akibat kenaikan harga tembakau di pasar Chicago karena suplai tembakau yang makin berkurang dari negara-negara penghasil tembakau utama, yakni India dan China, melalui spekulasi komoditas. Keuntungan Phillip morris juga dilaporkan meningkat 30% akibat kenaikan harga rokok di Indonesia, Australia, dan Jepang. Beberapa kalangan menyebut bisnis finansial yang bermain di belakang industri rokok multinasional ini sebagai bisnis petrodolar yang dapat mengontrol keuntungan secara berlipat-lipat dengan cara memainkan aturan main di tingkat internasional.
Tidak hanya memainkan aturan main secara hukum, bisa dikatakan ini sebuah hubungan poligami dari cinta segitiga yang mesra antara perusahaan rokok multinasional, industri farmasi, dan media massa.

No comments: