Batang jerami yang bertebaran, mengikis sedikit horizon yang
tampak
Bau serangga yang memudar, menjelang senja yang kian redup
Bisikan hati ini mengemas suasana serba berseri
Jerami yang terbakar kian memanas, kepulan jelaga membentuk
mendung
Langitpun hangat, mengyoyak langit, meratapi asap yang kian
membumbung
Kita seksama berjalan di atas air, marah kepada lautan dan
tetap menginjak bumi
Apa bedanya atas dan bawah? Tatkala hanya dipengaruhi oleh
gravitasi
Persepsi hati, ideologi, dan otak yang berseteru
Apakah dimensi di masa depan?
Ketika rencana besar ini akan menjadi yang terhebat
Apa yang harus dimulai jika kita ingin menjadi ahli tata
negara?
Kebetulan yang selalu kebetulan, kemarahan ini akan dikemas
secara masif
Dibungkus dengan kertas harapan, harapan sejarah yang terus
melupakan
Kemarahan dan dendam ini akan menjadi cetak biru
Membingkai pemberontakan dengan kebohongan
Diiringi deru genderang pendusta
Dan pada akhirnya realitas harus diciptakan
Mengubah orbit bulan, mengubah permainan kartu, mengubah
konstitusi
Kita selalu termakan oleh kebodohan pakar rasionalitas
Atas nama bahasa, semua tak bermakna
Inilah sabda waktu kepada anti materi
Kendal, 8 Agustus 2014
No comments:
Post a Comment